SENTANI, jayapurakab.go.id – Balai Bahasa Papua menggelar Festival Teater Berbahasa Sentani yang diikuti oleh 15 kelompok dari 12 SMA/SMK serta melibatkan 150 guru dan siswa se-Kabupaten Jayapura yang berlangsung selama tiga hari.
Kegiatan Festival Teater Berbahasa Sentani yang digelar oleh Balai Bahasa Papua dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jayapura, Dr. Hana S. Hikoyabi, S.Pd.,M.KP.
Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Pemoderenan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra (Molinbasra) Balai Bahasa Papua Antonius Maturbongs di Sentani, Selasa mengatakan bahasa daerah tidak dapat dipandang sekadar media untuk berkomunikasi tetapi sebagai pembentuk identitas dan keragaman bahasa.
“Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai sarana pengungkapan budaya daerah tetapi untuk mempersatukan kita sebagai masyarakat dalam bingkai bhineka tunggal ika,” katanya.
Menurut Antonius, tanpa adanya bahasa daerah nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang bersumber dari budaya-budaya daerah tidak dapat terungkapkan.
Bahkan, kata Antonius, bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara pun menjadikan bahasa daerah sebagai satu sumber pengembangan peningkatan sumbernya.
“Sebagaimana catatan yang pernah dirilis Unisco, jumlah penutur bahasa daerah di berbagai wilayah di dunia terus mengalami penurunan sebagai akibat dari dominasi bahasa-bahasa besar di dunia dalam berbagai ranah komunikasi,” ujarnya.
Dia menjelaskan kegiatan Festival Teater Berbahasa Daerah juga diselenggarakan di 10 provinsi seluruh Indonesia termasuk Papua.
“Kami memilih Kabupaten Jayapura khususnya bahasa Sentani mewakili Provinsi Papua dalam kegiatan Festival Teater Berbahasa Daerah karena sebagai upaya mempertahankan keberadaan bahasa daerah Sentani yang juga hampir punah,” ungkapnya.
Dia menambahkan Indonesia memiliki 718 bahasa daerah, sementara Provinsi Tanah Papua memiliki 428 bahasa daerah terlebih khusus Kabupaten Jayapura memiliki 19 bahasa daerah.
“Penurunan jumlah penutur bahasa daerah terjadi diberbagai belahan dunia dan jangan dianggap sebelah mata, karena hilangnya satu bahasa membutuhkan waktu 100 tahun untuk menghidupkan kembali satu bahasa daerah,” jelasnya.
Dia menuturkan kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan siswa SMA/SMK dalam mengentaskan teater berbahasa Sentani sebagai salah satu upaya untuk melindungi dan melestarikan bahasa daerah Sentani di kalangan remaja serta merangsang tumbuhnya komunitas teater remaja Sentani di Kabupaten Jayapura.
“Ini sebagai upaya perlindungan bahasa daerah dapat terus dilakukan secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Admin/Editor: Rilva
Penulis: Imel