Belum Ada Kasus Cacar Monyet di Kabupaten Jayapura, Masyarakat Diimbau Tidak Panik

Berita Daerah Kesehatan

Suasana pasien saat memeriksakan kesehatan di RSUD Yowari. Senin (09/09/2024)

SENTANI, jayapurakab.go.id – Kasus cacar monyet (Mpox) sudah ada yang terkena di Indonesia, sehingga cacar Monyet (Monkeypox) menjadi salah satu perhatian serius di Indonesia.

Dari data yang ada, walaupun di Kabupaten Jayapura belum ada informasi warga yang terkena. Namun tetap menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Jayapura, melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura. Pasalnya, di Kabupaten Jayapura adalah pintu masuknya orang pada saat tiba di Bandara Sentani dari berbagai daerah di Indonesia, hal itu disampaikan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Khairul Lie melalui Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Edward Sihotang di Sentani, Senin, 09/09/2024.

Terkait beberapa kondisi yang terjadi Indonesia, diminta masyarakat Kabupaten Jayapura tetap perlu dilakukan antisipasi namun tidak perlu panik.

“Jadi kasus cacar monyet awal terjadi di Indonesia pada tahun 2022 dan kasus yang terjadi sampai saat ini sudah 88 kasus pusatnya kasus terbanyak 2024 di Jakarta. Dari kasus cacar monyet menurut Menteri Kesehatan yaitu terjadi daerah tertentu di Jakarta dan beberapa provinsi pada populasi tertentu,” jelasnya.

Cacar monyet ini terjadi karena virus zoonosis terjadinya penularan dari hewan ke manusia. Mengapa sekarang secara global melalui WHO menyampaikan kondisi darurat karena memang kasusnya kecil tapi kematiannya ada sehingga dinyatakan kasus PHEIC.

“Untuk Kabupaten Jayapura tidak ada kasus namun berdasarkan edaran yang disampaikan Dirjen P2P kepada Dinkes Kabupaten Jayapura, setiap pemerintah provinsi dan kabupaten/kota diberikan arahan untuk memantau perkembangan situasi secara global maupun secara wilayah, kemudian dilakukan upaya pencegahan atau deteksi dini apabila ada masyarakat mengalami gejala,” terang Edward.

Dinkes juga melaporkan dengan link terpadu di Kemenkes dan terus dilakukan komunikasi Lab Kesmas Papua serta melakukan antisipasi jika terjadi kasus.

“Ia berharap dalam kondisi ini kita tetap bisa melakukan aktivitas seperti biasa, namun diharapkan masyarakat dalam melakukan aktivitasnya tidak perlu panik dan lakukan pencegahan jika memang terjadi gejala cacar monyet pada siapapun maka perlu dapat segera periksakan ke Puskesmas terdekat atau rumah sakit supaya dilakukan upaya pengobatan dengan baik,” harapnya.

Untuk penularan cacar monyet bisa dengan kontak aktif ada kasus sakit kemudian ada kontak fisik oleh seseorang baik kontak seksual atau kena nanah dari cacar tersebut ini yang harus dihindari, termasuk penularan lewat kontak udara itu memang bisa saja terjadi namun dapat terjadi penularan jika kontak langsung dengan pasien yang sakit.

“Untuk upaya yang disampaikan Kemenkes pada Dinkes melakukan skrining supaya tidak ada kasus signifikan. Kemudian masyarakat yang datang ke Puskesmas atau fasilitas tempat kesehatan diharapkan memakai masker agar tidak hanya mencegah cacar monyet saja, tapi penyakit menular lainnya dari pasien yang berobat di Puskesmas atau sarana Puskesmas,” tandasnya.

Gejala monkeypox biasanya demam, sakit kepala hebat, nyeri, otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak atau selangkangan) dan ruam. Ruam biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh yang berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok.

Jumlah lesi pada satu orang dapat berkisar dari beberapa saja hingga ribuan. Ruam cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki.

“Biasanya untuk gejala berlangsung antara 2-4 minggu dan biasanya sembuh sendiri. Namun pada beberapa individu, dapat menyebabkan komplikasi medis dan kematian,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan