[vc_row][vc_column][vc_single_image image=”15756″ img_size=”large” add_caption=”yes”][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]SENTANI, jpr – Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura menyikapi persoalan minimnya ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga medis dalam penanganan pasien positif Covid-19 dengan menerapkan isolasi mandiri terhadap pasien positif Covid-19 di rumah masing-masing.
Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw mengatakan, meski begitu penerapan kebijakan itu dibarengi dengan pengawasan yang ketat dari pemerintah melalui gugus-tugas kesehatan yang sudah ditugaskan.
“Jadi tetap ada pengawasan yang ekstra dari tim medis. Jadi meskipun isolasi mandiri, penanganannya tidak jauh berbeda dengan yang ditangani di rumah sakit,” kata Mathius Awoitauw, Selasa (7/7).
Sejauh ini sudah ada 11 pasien positif Covid-19 yang sudah diisolasi secara mandiri di rumah masing-masing tentunya dengan pengawasan yang ekstra dari tim medis.
“Sudah ada 11 pasien yang kita rawat secara mandiri di rumah,” ujarnya.
Dari 11 pasien yang melaksanakan isolasi mandiri di rumah terdapat 6 pasien yang sudah dinyatakan sembuh setelah tim medis melakukan pemeriksaan swab tenggorokan terhadap pasien-pasien tersebut.
“Enam diantaranya sudah dinyatakan sembuh dan sudah beraktivitas normal,” kata Mathius.
Lanjut dia, isolasi mandiri dalam penanganan pasien Covid-19 ini menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan tenaga medis dan sarana kesehatan lainnya dalam penanganan pasien Covid-19. Selain itu isolasi mandiri tersebut dianggap turut membantu mempercepat proses penyembuhan pasien Covid-19.
“Suasana isolasi dekat dengan keluarganya itu mungkin dia lebih suka, kemudian keluarganya bisa memberikan perhatian dengan protokol kesehatan yang ketat. Ini yang mungkin akan kita kembangkan, supaya rt/rw ikut mengawasi dan mengontrol, mungkin dengan cara ini lebih cepat proses penyembuhannya, ketimbang di rumah sakit,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Khairul Lie mengatakan, masyarakat tak perlu khawatir dengan kebijakan itu. Pasalnya, dalam penerapannya, tim medis juga rutin melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap anggota keluarga. Dia menerangkan, pasien isolasi mandiri adalah mereka yang terdeteksi namun tanpa gejala.
“Mereka sudah jalani sejak dua minggu lalu. Mereka lebih cepat sembuh di rumah. Di rumah sendiri tidak stress makanya cepat sembuh. Cuma kita jaga agar tidak terjadi penularan di lingkungan tersebut. makanya pasien dan keluarganya harus taat protokol isolasi. Anggota keluarga kita beritahu cara-caranya bagaimana penanganannya, ada petugas kita yang ajarkan. Misalnya di kamar sendiri, alat mandi dan makan sendiri, kita berikan pemahaman ke keluarganya tentang bagaimana cara disinfektan di rumah,” jelasnya.
“Faktor yang paling penting itu kejiwaan, pasti nyaman di rumah sendiri. Tapi ada beberapa kriteria yang harus kita lihat di rumahnya, termasuk tingkat kepatuhan terhadap prokes.
Kalau pasien dengan gejala harus di rumah sakit. Yang ini betul-betul OTG. Sehat seperti kita-kita, sehingga kita arahkan isolasi mandiri di rumah saja,” paparnya.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]
keren banget mantap