[vc_row][vc_column][vc_column_text]SENTANI, jayapurakab.go.id – Tour Wisata bertajuk “Kembali ke Kampung” yang digagas Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura dilanjutkan pada hari kedua, Senin (31/7/2023) dengan rute menyusuri sejumlah spot wisata di wilayah Pembangunan III.
Rombongan Pemkab Jayapura yang dipimpin langsung Penjabat (Pj) Bupati Jayapura Triwarno Purnomo dan Sekda Hana Hikoyabi diikuti oleh kepala-kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) dan forkopimda di Kabupaten Jayapura.
Dalam perjalanan wisata Kembali ke Kampung kali ini, rombongan menemui sejumlah spot wisata yang menyuguhkan pemandangan indah, unik dan eksotik di pinggiran Kota Sentani.
Perjalanan dimulai dari Kantor Bupati Jayapura di Gunung Merah Sentani menuju Kampung Tua, Depapre. Dari Pantai Depapre rombongan harus menggunakan speedboat sekitar 5 menit untuk mencapai Pantai Opao, Kampung Tua.
Disebut Kampung Tua karena tempat ini merupakan tempat pertama yang didiami masyarakat Tablanusu sebelum berpindah ke Kampung Tablanusu saat ini.
“Awalnya Masyarakat Tua dan Masyarakat Tablanusu menetap di situ tetapi setelah terjadinya Perang Dunia Kedua, mereka pindah ke kampung Tablanusu sedangkan Kampung Tua saat ini kosong atau tak berpenghuni. Namun tempat itu sesungguhnya memiliki potensi alam yang indah, dan juga telah dibangun Tugu Salib Pekabaran Injil,” ujar Kepala Kampung Entiyebo, Arkilaus Danya, Senin (31/7/2023).
Dikatakan, masyarakat setiap tahun selalu merayakan HUT Pekabaran Injil (PI) pada tanggal 26 November dan telah memasuki usianya yang ke-112 tahun.
Pantai Opao memiliki hamparan pasir putih dengan air yang jernih dan terumbu karang yang masih terjaga, sangat cocok untuk wisata bahari.
Dari Depapre, rombongan melanjutkan perjalanan ke Kampung Maribu untuk melihat budidaya anggrek dari Kelompok Pemberdayaan Masyarakat Desa Binaan Maribu Kwantemey Bonya.
Diketahui, kelompok ini berhasil mengembangkan anggrek asli Kabupaten Jayapura, seperti Anggrek Tebu (Grammatophyllum Speciosum), Anggrek Macan (Grammtophyllum Screptum), Anggrek Kribo (Dendrobium Spectabile), Anggrek Besi (Dendrobium Violaceoflevens) dan Anggrek Hitam Papua (Grammatophyllum Papuanuum), di samping beragam spesies lainnya.
Menurut Sekretaris Kelompok Desa Binaan Maribu Kwantemey Bonya, Elsina Yarisetouw, kelompoknya sudah beberapa kali memenangkan lomba, sehingga sudah cukup dikenal baik dalam negeri maupun mancanegara.
“Selama ini kami belum mendapat perhatian pemerintah, sehingga upaya budidaya untuk melakukan pengadaan bibit dan kultur jaringan anggrek masih dikerjakan sendiri dan sangat terbatas. Untuk itu kami mohon ada dukungan untuk melengkapi sejumlah perlengkapan,” tuturnya.
Dari Maribu, rombongan menyambangi Galeri Anggrek Dambu Kahbrai Kampung Dosay, Sentani Barat. Galeri ini merupakan program pemberdayaan masyarakat oleh Balai Besar BKSDA Papua yang dibentuk sejak 9 April 2021.
Ada lebih 30 jenis anggrek dibudidayakan dengan menggunakan teknik stek batang, yaitu pemisahan rumpun dan pemisahan anakan anggrek (keiki). Kelompok ini juga aktif mempelajari dan praktek perkembangan bioteknologi kultur jaringan khusus anggrek. Sebagian besar anggrek yang dibudidayakan merupakan anggrek spesies endemik Papua.
Setelah puas melihat-lihat spesies anggrek, rombongan melanjutkan perjalanan ke Kolam Alam Kali Bambar. Tempat wisata yang berada di Kampung Bambar, Doyo Baru ini menyajikan wisata alam yang menarik seperti sungai yang airnya berasal dari Gunung Cycloop, kolam alam hingga lokasi perkemahan, sehingga sangat cocok untuk mengisi liburan atau haiking.
Dari Doyo Baru, rombongan bertolak menuju Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu. Di mana sejumlah spot wisata juga dikunjungi, salah satunya adalah Situs Megalitik Tutari.
Berdasarkan sumber Indonesia.go.id, Suku Tutari pernah ada sekitar 6000 tahun lampau di sebuah perkampungan bernama Tutari Yoku Tamaiyoku. Namun, mereka akhirnya punah ketika terlibat perang antarsuku untuk memperebutkan wilayah dengan Ebe, suku yang berasal dari wilayah Pulau Yonoqom atau Yonahang. Suku Ebe membumihangus seluruh isi dan masyarakat Tutari hingga nyaris tidak menyisakan apa pun. Kecuali tempat pemujaan berbentuk bongkahan batu dan menhir.
Suku Ebe kemudian hidup berpindah, tidak hanya menguasai bekas wilayah Tutari. Mereka juga menjelajah ke Tanjung Warako, dan bergeser ke Ayauge di utara sebelum akhirnya menetap di tepian Danau Sentani. Suku penakluk Tutari ini kemudian diketahui sebagai nenek moyang dari masyarakat Kampung Doyo Lama, Kwadeware, dan Yakonde.
Sayangnya, situs sejarah yang masih dikelola Pemprov Papua ini terkesan tidak diperhatikan dan dibiarkan terbengkalai atau tidak terawat.
Selain mengunjungi Situs Megalitik Tutari, rombongan juga melihat spot wisaya lainnya, seperti Tanjung Cinta (Yonderey), Batu Beranak dan tentu saja Bukit Tungkuwiri (Teletubbies) yang juga sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat.
Pj Bupati Jayapura Triwarno Purnomo kepada wartawan menjelaskan kendala tempat wisata sebagian besar adalah akses jalan. Sebagian sudah ada, tapi ada yang masih berupa jalan setapak sehingga perlu ditingkatkan agar mempermudah akses menuju tempat-tempat wisata, termasuk di dalamnya fasilitas penunjang lainnya seperti MCK.
Triwarno juga akan berkoordinasi dengan Pemprov Papua terkait pengelolaan Situs Megalitik Tutari untuk selajutnya bisa dikelola Pemkab Jayapura.
”Akses jalan menjadi perhatian Pemkab, selain tugu atau monumen peringatan akan dibenahi termasuk sarana dan prasarana di situ, perhatian juga akan diberikan kepada kelompok budidaya anggrek, sehingga ada dampak ekonomi, pendapatan yang diterima dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Pj Bupati Triwarno.
Hal senada juga diutarakan Sekda Hana Hikoyabi, terlebih untuk kelompok petani anggrek. Menurut Sekda keberadaan para petani harus mendapat perhatian karena sudah ada Persatuan Anggrek Indonesia (PAI) Kabupaten Jayapura.
“Harus dibantu, jadi kalau ada dana bisa dialirkan langsung kepada kelompok-kelompok ini agar semakin berkembang,” tegas Sekda Hana Hikoyabi, sesaat setelah kembali dari Tour Wisata Kembali Ke Kampung.
“Jadi secara keseluruhan, kesimpulan dari perjalanan kita dua hari ini adalah untuk melihat destinasi yang belum kuat agar bisa dikuatkan dan masuk dalam perencanaan di tahun berikutnya, sehingga dapat memberi dampak pembangunan yang merata di Kabupaten Jayapura,” pungkasnya.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_single_image image=”23073″ img_size=”large” add_caption=”yes”][/vc_column][/vc_row]