[vc_row][vc_column][vc_single_image image=”14029″ img_size=”large”][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]SENTANI, jpr – Tim seniman mengajar 2019 berkolaborasi dengan Aliakha art center menyelenggarakan kegiatan Yokiwa Art festival yang berlangsung di Kampung Yokiwa sejak 31 Agustus sampai 1 September 2019. Kegiatan yang berlangsung meriah itu mengusung tema “Nakhea Mie Khayae, atau dalam bahasa Indonesia diartikan “Jaga Alam mu, Ko Jaga Ibumu. Ini sekaligus merefleksi kembali peran perempuan sebagai ibu dan kekuatan yang di representasi alam Sentani.
Bupati Jayapura Mathius Awoitauw, SE,M.Si sangat mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan tersebut. Menurutnya, kegiatan festifal budaya yang banyak melibatkan anak-anak itu merupakan cara terbaik untuk mewarisi kebudayaan lokal.
“Kami sangat mengapresiasi keterlibatan seniman mengajar 2019 bersama Aliakha art center, kegiatan ini banyak melibatkan anak-anak, tentu inilah cara yang terbaik untuk mewariskan budaya lokal. Karakter Anak Papua Harus dibentuk sejak dini berdasarkan kebudayaan lokal yang ada,” kata Mathius Awoitauw kepada wartawan di sela-sela kegiatan festival budaya di kampung Yokiwa, Minggu (1/9).
Menurutnya generasi penerus Papua harus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan positif yang mudah diperoleh seperti kegiatan kebudayaan dan penyelenggaraan seni atau kebudayaan lainnya. Sebab jika minimnya keterlibatan generasi muda di dalam kegiatan kebudayaan lokal justru akan terjadi ketimpangan dalam setiap generasi orang Papua.
“Kalau tidak ada aktivitas seperti ini dia justru akan mencari di luar. Bisa melalui pergaulan bebas juga melalui media sosial di internet. Melalui kegiatan ini sangat penting karena dia mempunyai kegiatan yang positif,” terangnya.
Dia menambahkan program seperti yang sudah dilaksanakan para seniman melalui kegiatan atau program seniman mengajar 2019 itu perlu ditindaklanjuti kedepannya. Disisi lain, ada hal yang sangat menarik saat kegiatan festival budaya kita itu diselenggarakan. Di mana meskipun keadaan di Papua umumnya sedang mencekam tetapi masyarakat Papua lainnya justru sedang melaksanakan kegiatan positif dan tidak terganggu dengan kegiatan-kegiatan atau aksi-aksi yang membawa nama Papua secara umum.
“Ini hal yang kontras bahwa masyarakat yang ada di kampung-kampung saat ini biasa saja dan mereka sedang melaksanakan kegiatan rutinnya. Mereka tidak terganggu sedikitpun,” paparnya.
“Itu berarti antara orang asli Papua yang kita saksikan hari ini dengan apa yang terjadi di kota itu sangat kontra. Lalu pertanyaannya ini siapa yang melakukan itu. Tidak semua masyarakat terlibat, Meskipun mengatas namakan orang Papua. Yang lain justru biasa-biasa saja. Jadi saya ingatkan kepada semua orang yang bicara di media mengatas namakan orang Papua supaya harus hati-hati, bahwa tidak semua orang Papua terlibat karena faktanya seperti ini,” tambahnya menegaskan.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]