Sentani JPR – Masyarakat adat dari 9 Dewan Adat Suku di Kabupaten Jayapura menyatakan kesiapannya untuk menyukseskan peringatan Kebangkitan Masyarakat Adat (KMA) yang kedua tahun 2015 dan juga Festival Bahari Tanah Merah (FBTM) yang penyelenggaraannya dijadwalkan pada tanggal 24 sampai 26 Oktober 2015 mendatang, di Pantai Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura.
Pernyatan kesiapan pelaksanaan FBTM dan HUT ke-II Kebangkitan Masyarakat Adat (KMA) tersebut disampaikan oleh sejumlah tokoh adat bersama Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE, M.Si dalam jumpa pers, yang berlangsung di Kediaman Bupati Jayapura, Dusun Ariyauw, Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, Kamis (22/10) kemarin.
Salah satu tokoh adat asal Teluk Tanah Merah, Amos Soumilena mengatakan, FBTM dan KMA adalah dua hajatan monumental yang dalam pelaksanaannya tidak bisa dipisahkan masing-masing karena isi daripada festival adalah bagaimana masyarat teluk tanah merah dan sembilan dewan adat suku akan mempersembahkan kebudayaan dan adat istiadat berupa tari-tarian.
Serta beberapa pernyataan yang akan disampaikan, tapi juga penyerahan surat keputusan terhadap penetapan empat kampung adat yang sudah disetujui oleh masyarakat adat di empat wilayah pembangunan sekaligus menyampaikan pernyataan mendukung pembangunan yang berlangsung di wilayah ini kedepan.
Amos menyebutkan, kekayaan dan keindahan teluk tanah merah, potensi alam dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat itu juga akan dipromosikan melalui festival sehingga kebangkitan masyarakat adat dapat dipromisokan kepada dunia luar.
Masyarakat adat di Kabupaten Jayapura masih ada dan eksis karena itu perlu ada pengakuan dan penguatan kapasitas untuk kami bisa bertanggungjawab untuk mengeloladan menata kehidupan bermasyarakat kami guna menunjang pembangunan kedepan, ujarnya.
Sementara itu ditempat yang sama, Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE, M.Si menuturkan, selama ini masyarakat adat ada tetapi tidak diberikan ruang oleh negara, oleh pemerintah dalam sistim pembangunan yang berlangsung karean itu FBTM menjadi ajang promosi tentang jati diri dan keberadaan masyarakat adat di Kabupaten Jayapura.
Baik itu budayanya maupun potensi alam yang ada dan ini akan menjadi suatu komoditas untuk bagaimana semuanya bisa dipromosikan serta bisa di jual untuk menjadi pendapatan daerah jug asebagai pendapatan masyarakat adat itu sendiri, ungkap Bupati Mathius.
Untuk itu, dirinya meminta perlu adanya pelestarian budaya. Sebab, kebudayaan tidak akan pernah berakhir dan kebudayaan juga tidak akan pernah statis tetapi kebudayaan terus akan berkembang dan dipoles sesuai dengan perkembangan kemajuan dan kebudayaan.
Melestarikan budaya dan keindahan alam, lanjut Bupati Mathius, menjadi suatu komoditas andalan di dunia kepariwisaan dan ekonomi kreatif. Badai krisis ekonomi yang melanda banyak daerah akan dibendung dengan menjual keindahan alam.
Selain itu juga, masyarakat adat didorong untuk bangkit dalam mengelola dan pembangun potensi sumber daya alam yang ada sehingga badai krisis ekonomi yang sering melanda dapat dibendung serta bertahan terus dalam perkembangan enonomi, sosial maupun politik.