SENTANI, jayapurakab.go.id – Festival Sejuta Hiloy yang di gagas oleh Pemerintah Kampung Ebungfa resmi di buka oleh Bupati Jayapura yang di wakili Asisten III Setda Kabupaten Jayapura, Drs. Derek Timotius Wouw, M.Si di Kampung Ebungfa/Putali, Distrik Ebungfauw, Kamis (11/09/2025).
Setelah membuka Festival Sejuta Hiloy, Selanjutnya Asisten III di dampingi Kapolres Jayapura, sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Kepala-Kepala Distrik meninjau stan-stan milik warga yang menjual Hiloy dan sejumlah aksesoris lainnya.
Usai meninjau stan, Asisten III Setda Kabupaten Jayapura, Drs. Derek Timotius Wouw, M.Si kepada awak media mengatakan, pihaknya selaku pemerintah berpesan agar festival ini tidak berhenti sampai disini tetapi terus digalakan dan dilakukan di tahun-tahun mendatang.
Kepada para kepala kampung dan kepala distrik di Kabupaten Jayapura, Asisten III berharap supaya menggas festival-festival serupa di kampung dan distrik masing-masing guna menarik pengunjung.
“Karena arti dari festival sesungguhnya selain menjual hasil produk-produk lokal tetapi juga bisa menarik para pengunjung. Kalau pengunjungnya banyak pasti uang akan masuk banyak juga dan ini berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat,” ujarnya
Di tempat yang sama, Kepala Distrik Ebungfauw, Nelce Katarina Taime, S.IP mengajak lima kampung lainnya di Distrik Ebungfauw untuk berkreasi menghadirkan kegiatan seperti yang dilakukan Kampung Ebungfa ini di tiap-tiap kampung supaya potensi yang dimiliki kampung dapat di gunakan demi meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Saya berharap, melalui kegiatan ini para ibu-ibu yang sedang berjualan di stan-stan dapat menerima manfaat langsung lewat pembelian hiloy dan aksesoris lainnya oleh pengunjung guna mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga,” harapnya.
Senada dengan Kepala Distrik Ebungfauw, Kepala Kampung Ebungfa/Putali, Distrik Ebungfauw, Henri Monim menjelaskan, bahwa pihaknya melakukan Festival Sejuta Hiloy ini hanya bermodalkan semangat dan dana yang bersumber dari dana kampung.
Henri menandaskan, bahwa waktu pelaksanaan festival sejuta hiloy ini sempat tertunda beberapa kali, tetapi penundaan itu tidak menyurutkan semangat dan niat pihaknya guna menyelenggarakan festival tersebut.
“Akhirnya komitmen dan semangat kami untuk menyelenggrakan festival ini boleh terwujud, dan dampaknya kerajinan tangan masyarakat berupa hiloy dan kerajinan tangan lainnya bisa terjual dan memberi manfaat bagi masyarakat,” tandasnya.
Sementara itu, salah satu pemilik stan yang menjual Hiloy dan Yanggalu (Bale-bale Papeda), Marlin Wally menerangkan, dirinya mewakili ibu-ibu pemilik stan menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kampung Ebungfa yang menyelenggrakan festival ini.
“Karena melalui festival ini kami bisa menjual hasil kerajinan tangan yang sudah kami buat, dan hasilnya dapat menjawab kebutuhan keluarga,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, tentang kualitas kerajinana yang di jual jangan di ragukan karenan bahan berupa nibun atau pohon yang di gunakan untuk kerajinan tangan sangat berkualitas karena diambil langsung dari hutan.
“Rata-rata waktu yang kami butuhkan untuk membuat satu buah Hiloy maupun Yanggalau sekitar 1 jam. Sekalipun rumit untuk mengerjakananya tetapi melihat hasilnya kami merasa senang,” pungkasnya.
Penulis : Yan Piet F Tungkoye
Editor : Rita
Admin : Yan Piet F Tungkoye