[vc_row][vc_column][vc_single_image image=”14134″ img_size=”large”][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]SENTANI, jpr – Bupati Jayapura Mathius Awoitauw, SE, M.Si mengatakan, meski sudah memasuki enam tahun kebangkitan adat di Kabupaten Jayapura, diketahui sejumlah persoalan di kampung perlu dievaluasi dan dibenahi termasuk penggunaan atribut adat oleh masyarakat.
“Kebangkitan adat setelah selama 6 tahun berjalan harus direfleksikan dan dievaluasi supaya dalam merayakan kebangkitan adat ada pesan disampaikan atas refleksi pelaksanaannya selama ini,” kata Mathius Awoitauw kepada wartawan di Sentani, Selasa (17/9).
Dia mengatakan, ada banyak tantangan dan persoalan yang perlu diselesaikan kedepan. Tentu hal itu tidak perlu saling menyalahkan satu dengan yang lain. Masyarakat adat sebagai pemilik dan tuan tanah harus kokoh berdiri dengan memberdayakan keberadaan kampung adatnya. Untuk itu, sangat diperlukan adanya penataan agar setiap kampung dapat berjalan beriringan dengan adat, yang tentunya didalamnya ada kepala suku mampu menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan basis sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang ada dimasing-masing kampung.
“Karena adat ini ada di kampung, maka kampung perlu dibenahi, ditata, mulai kepala sukunya siapa, ondoafinya, tanahnya dimana, programnya apa dalam membangun kampung dan seterusnya,” katanya.
Ini yang kemudian akan menghindari berbagai kepentingan yang mengatasnamakan adat. Salah satu yang perlu ditegaskan kembali dalam rangka hari kebangkitan adat di Kabupaten Jayapura ini, mengenai jati diri masyarakat adat yang harus ditegakan kembali.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]