[vc_row][vc_column][vc_column_text]SENTANI, jayapurakab.go.id – Perempuan Hebat Novilla Aru adalah Ketua Tokoh Adat Perempuan di Kampung Sawe Suma yang punya Inovasi mengolah sagu menjadi kerupuk sagu.
Berbagai manfaat dari sagu bisa menjadi olahan. Tidak hanya papeda, sagu bakar, mie sagu, es krim sagu, aneka kue berbahan sagu. Tetapi sagu yang dikreasikan menjadi kerupuk sagu dari kampung Sawe Suma, Distrik Unurum Guay.
Novilla punya ide membuat kerupuk sagu menjadi salah satu kebanggan bagi perempuan Asli Orang Papua yang mampu berinovasi dalam pembuatan kerupuk dari bahan sagu. Kerupuk dari bahan sagu ia sudah pernah jual ke temannya sampai luar negeri yakni Belanda dan Amerika Serikat.
Latar belakang ide membuat kerupuk berbahan dasar sagu karena di kampung-kampung khususnya Kampung Sawe Suma banyak pohon sagu, dari pohon sagu itulah ia punya ide untuk diolah menjadi kerupuk sagu.
Oleh karena itu, ia punya ide dengan membuat kerupuk sagu ia belajar bagaimana kerupuk sagu yang ia buat bisa enak dan disukai masyarakat.
Novilla yang juga Ketua Bamuskam Kampung Sawe Suma menjelaskan, awal mula pembuatan kerupuk sagu dimulai awal tahun 2021 ia melakukan berbagai eksperimen untuk membuat kerupuk sagu mulai dari apa saja bumbu yang dibutuhkan.
Kemasan sudah bisa, akhirnya ada teman LSM yang bekerja di luar negeri di Amerika dan Belanda memesannya.
“Pasaran umum karena kita masih mengurus label halalnya, kendala kita memang daerah kita jauh dari pusat kota sehingga secara pendampingan kita terlalu jauh namun kami tetap berusaha semaksimal mungkin supaya bisa segera mendapatkan label halal kemudian kami bisa jual di pasaran umum,” ucapnya.
Supaya banyak olahan dibuat dari bahan sagu, termasuk menjaga kecintaan anak-anak zaman sekarang dalam mengenal makanan olahan sagu yang bisa diolah dengan berbagai olahan, yang nantinya tentu ini bisa membantu meningkatkan perekonomian perempuan di Kampung Sawe Suma.
“Awalnya saya membuat sendiri dari awal tahun 2021 saya kerja sendiri, saya uji coba sendiri baik dalam membuat bumbunya, membuat kemasannya, maupun urus beberapa izinnya, memang banyak hal yang membuat saya putus asa namun saya tetap semangat walaupun terkendala jarak, biaya mahal karena saya ada di kampung, tapi hal ini tidak membuat saya putus asa, tetap terus berjuang sampai kerupuk sagu bisa sampai terjual ke luar negeri yakni Belanda dan amerika,” ungkapnya.
Dijelaskan, kerupuk sagu bisa dijual sampai Amerika dan Belanda karena ada temannya yang menjadi LSM yang punya akses ke luar negeri, mereka bantu dalam menjualkan namun untuk kerupuk sagu yang dijual di pasaran umum belum karena masih dalam pengurusan produk halal.
“Saya punya impian bisa membantu perempuan untuk peningkatan perekonomian di kampung saya, saya juga mengajar di sekolah lapang di Kampung Sawa Suma untuk perempuan dan anak-anak, saya berikan edukasi terkait menjaga alam contohnya menjaga hutan sagu, bisa mengolah manfaat sagu, termasuk menjaga ekosistem kehidupan burung cenderawasih,” jelasnya.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]