Sentani Jpr,- Usai Kosultasi Studi Wilayah XII GMKI Papua-Papua Barat, di Gedung Serba Guna Wanita Thabita, Kota Sentani, Kabupaten Jayapura yang berlangsung pada hari Kamis, tanggal 31 Maret 2016, Anggota Komisi III DPR Papua, Herlin Beatrix Monim mengatakan, siapa bilang perempuan hanya mengurusi urusan rumah tangga saja atau indentik dengan dapur, sumur dan kasur. Kini di era serba modern dan kemajuan teknologi yang semakin pesat ditunjang dengan perkembangan ilmu pengetahuan membuat peran perempuan dalam segala kehidupan secara umum di Indonesia, khususnya di Papua memiliki peluang yang sama dengan kaum pria.
“Perempuan punya kesempatan yang sama dalam berkarya, berkarier dan bekerja dalam segalah bidang. Peluang menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan dan dunia usaha serta di kancah dunia politik terbuka lebar. Sudah tidak jamannya lagi perempuan selalu disudutkan atas kodratnya untuk mengurus urusan rumah tangga,”katanya.
“Perempuan Papua itu bukan hanya identik dengan urusan rumah tangga saja atau dengan pekerjaan di dapur, mengurus anak dan melayani suami saja. Tetapi, lebih daripada itu, perempuan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah di dunia ini juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk mengembangkan diri dalam kariel dan kerja di segala bidang atau peluang usaha, menjadi pemimpin, terjun ke dunia politik maupun menjabat di pemerintahan”, katanya.
“Selama ini banyak sekali ditemukan sekat atau pembatas-pembatas yang membatasi perempuan untuk bekerja dan berkarir. Mulai dari pembatasan karena aturan adat, antara agama maupun kultur budaya serta lainnya baik yang tersirat maupun yang sengaja dibuat,”terangnya.
“Yang terpenting disini adalah adanya kemampuan dan profesionalitas serta etos kerja tinggi yang harus dimiliki perempuan Papua jika ingin berpeluang dengan laki-laki. Perempuan Papua harus keluar dari kemelut itu agar bisa mengembangakan diri sesuai dengan bakat yang telah diberikan oleh Tuhan sebagai hak dari setiap perempuan. Sudah cukup perempuan Papua terkungkung dalam tradisi yang tidak menolong supaya dapat berkarya bagi masyarakat dan daerah ini,”ucapnya.
“Saat perempuan Papua harus bangkit. Untuk itulah organisasi GMKI dalam kepengurusan anggotanya harus memberikan porsi yang cukup kepada kaum perempuan. Sebab, perempuan juga memeliki peluang dan potensi yang sama untuk menjadi pemimpin,”tuturnya.
“Dengan demikian, profesionalitas yang ditunjukkan dalam bertugas maupun berkarya dibidang apapun nantinya yang dapat menempatkan perempuan-perempuan Papua itu sejajar dengan laki-laki bahkan tidak menutup kemungkinan di atas laki-laki, “tambahnya.
“Tidak ada lagi perbedaan yang dilakukan terhadap kaum hawa (perempuan) dimanapun itu, khususnya di Papaua, dan kepada peserta yang telah mengikuti kegiatan ini dan kembali kedaerah masing-masing dapat menerapkan semua materi yang diterima. Sehingga output atau hasil dari konsultasi studi ini betul-betul bermanfaat untuk pengembangan organisasi kedepan,”harapnya.
“Yang harus ditekankan adalah adanya saling hormat-menghormati dan bekerja sama yang akan menciptakan hubungan yang baik, kondusif serta memberikan semangat dalam bekerja atau berkarya yang menghasilakan potensi besar bagi kemajuan tanah Papua kedepan,”tambahnya.
[envira-gallery id="3808"]