Banyak orang yang ingin menghentikan kebiasaan merokok dengan cepat. Namun hal itu tak semudah membalikkan tangan. Bahkan ada orang yang sudah lama tak merokok bisa kembali melakukan aktivitas yang tak sehat tersebut. Menurut sebuah studi bernama `Tweet2Quit` yang dilakukan oleh para peneliti dari Stanford University dan University of California-Irvine, orang yang sering men-tweet lebih mudah menghentikan kebiasaan merokok.
Dalam penelitian ini para peneliti membentuk kelompok dengan dua puluh anggota yang berkomunikasi satu sama lain melalui situs jejaring sosial Twitter selama 100 hari. Peserta juga diberikan alat pencegah rokok nicotine patch, pesan teks harian otomatis, dan panduan berbasis web. Selain itu, mereka diminta untuk men-tweet setidaknya sekali sehari tentang progres mereka dalam usaha menghentikan kebiasaan merokok.
Sebuah contoh dari percakapan pembuka: “Apa yang akan Anda lakukan ketika Anda merasakan
dorongan untuk merokok?” Mengutip laman Mirror, Senin (9/3/2015), rata-rata dari peserta
mengirimkan 72 tweet selama 100 hari pertama.Kelompok pertama memiliki tingkat pencapaian berhenti merokok 42%. Selama 60 hari ke depan, 42% di antaranya mengaku bahwa mereka masih tidak merokok. Para peneliti kemudian mengirimkan pesan secara mobile dan menemukan bahwa kelompok kedua memiliki tingkat keberhasilan 75%.
“Lingkungan di Twitter menciptakan semacam kelompok yang dinamis. Itu sangat penting bagi perokok sosial. Selain itu, pemimpin kelompok secara alami muncul, memfasilitasi percakapan online. Para pemimpin tersebut bahkan memainkan peran penting dalam memantau kelompoknya,” kata salah satu peneliti Cornelia Pechmann.Penemuan tersbut saat ini telah dipublikasikan dalam Journal of Medical Internet Research di Amerika Serikat.