[vc_row][vc_column][vc_single_image image=”15882″ img_size=”large” add_caption=”yes”][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text]SENTANI, jpr – Dampak Covid-19 di Kabupaten Jayapura hingga saat memasuki bulan kedua, upaya dan penanganan terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Tim Gugus Tugas secara teknis, tetapi juga melalui sosialisasi dan himbauan yang terus disampaikan Pemerintah kepada masyarakatnya. Salah satu himbauan yang gencar disampaikan adalah masyarakat harus kembali berkebun, mengelola semua Sumber daya Alam (SDA) dan potensi lokal yang dimiliki. Hal ini secara perlahan mulai terlihat di tengah masyarakat, walaupun belum signifikan dilakukan.
Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan, potensi SDA dan kearifan lokal adalah bagian dari jati diri masyarakat adat yang sesungguhnya, dan hal ini perlu dikelola dengan baik sebagai sumber pendapatan tetapi juga lumbung pangan yang dapat memberikan ketahanan pangan di Kampung masing-masing.
“Jauh-jauh hari sudah saya sampaikan, agar masyarakat adat harus berdiri di atas jati dirinya sendiri,” ujar Bupati Awoitauw di Sentani. Rabu (20/5).
Dikatakan, hutan dan dusun sagu terbesar masih ada, danau yang luas dan indah belum maksimal dikelola potensi perikanannya. Ladang, sawah, dan hutan yang kaya dengan berbagai potensi kearifan lokalnya.
“Wabah Covid-19 saat ini, banyak hal positif yang dapat dilakukan menjadi peluang kita bersama,” jelasnya.
Menurutnya, masyarakat adat tidak boleh tinggal diam, Kepala Suku, Kepala Keret, dan Pemerintah Kampung Adat harus bergandengan tangan dan mengajak masyarakatnya untuk segera kembali ke dusun, kebun masing-masing untuk dikelola.
“Tidak mungkin orang dari luar kampung kita yang akan datang membantu, hanya masyarakat yang tinggal di kampung tersebut yang dapat melakukan segala hal untuk perubahan dan kemajuan kampungnya,” ucap Bupati.
Walau demikian, Bupati juga mengakui belakangan ini seperti ada sebuah gerakan masal yang dilakukan di masing-masing kampung dengan kegiatan panen raya, hasil kebun, ikan, dan juga hasil pertanian lainnya.
“Belum lama ini kita di Kampung Sabeyab ada panen ubi jalar dalam jumlah yang cukup banyak, lalu panen kacang tanah di Lembah Grime, ikan laut di Depapre, dan gerakan ini harus terus dilakukan,” ungkapnya.
Sementara itu, masyarakat Kampung Ifar Besar Distrik Sentani, dalam mencukupi ketahanan pangan lokal mereka melalui pengelolaan dusun sagu yang dimiliki. Dusun tersebut dikelola secara masal oleh seluruh warga, selain mengambil hasil pohon sagu, dusun tersebut ditanami kembali dengan tanaman jangka pendek seperti ubi-ubian, keladi, serta sayur mayur.
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]