Sentani, Jpr – Festival Danau Sentani (FDS) adalah program tahunan Pemerintah Kabupaten Jayapura, yang menampilkan budaya adat suku Sentani dalam Festival tersebut. Selain itu juga, tidak hanya atraksi budaya dari suku Sentani, tetapi berbagai suku yang mendiami wilayah Kabupaten Jayapura, beserta masyarakat paguyuban, seperti etnis Batak, Minahasa, dan lain sebagainya pun turut memeriahkan event budaya yang setiap tahunnya berlangsung pada tanggal 19 sampai dengan 23 Juni.
Atraksi lain yang tidak pernah dilewatkan dalam Festival Danau Sentani adalah merokok sambil menyelam didalam air sambil mencariikan, yang dilakukan oleh Ibu-ibu yang tinggal di sekitar Danau Sentani. Dimana rokoknya (sisi yang dibakar) di balik kedalam, lalu menyelam kedalam air.
Festival Danau Sentani juga dimeriahkan dengan pameran dan pasar produk ekonomi yang meliputi kerajinan tangan, aksesoris, literatur budaya, aneka makanan maupun cemilan yang dibuat dengan bahan makanan lokal, seperti kue sagu, dan lainnya.
Selama festival berlangsung, pengunjung juga dapat menggunakan perahu motor milik masyarakat setempat untuk berkunjung kepulau-pulau yang ada di sekitar Danau Sentani, dan untuk itu para motoris memberikan tariff, Rp. 10.000,- (SepuluhRibu Rupiah) per orang.
Festival DanauSentani (FDS) Ke-XI tahun 2018 ini, dikemas sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu menggandeng pihak ketiga sebagai pengelolah event ini agar FDS terus dipromosikan ke dunia luar, dengan tema “Khenambai Umbai, Satu Hati, Satu Jiwa Untuk Indonesia”.
Bupati Jayapura, MathiusAwoitauw, SE, M.Si dalam sambutannya pada pembukaan FDS menyampaikan bahwa festival ini terus digelar sebagai ajang promosi. (Rabu/20/06/2018)
“sebagai ajang untuk memberitahukan kepada dunia luar, bahwa Kabupaten ini memiliki sejumlah hal yang patut untuk dikembangkan,” katanya.
“kita juga mengundang semua pihak untuk bersama-sama terlibat untuk membangun, supaya Papua benar-benar bangkit untuk membangun dirinya sendiri,” tuturnya.
“dengan adanya festival ini, kita bersama-sama, siapapun dia, mari kita bergandeng tangan untuk terus berbicara tentang keindahan, tentang kebudayaan yang kita miliki untuk masa depan yang lebih baik,” ajaknya.
“Dengan demikian kita akan melestarikan Papua untuk dunia sebagai paru-paru dunia, sebagai kebudayaan yang memiliki ratusan budaya dan bahasa, inilah kekayaan dunia yang ada disini, mari kita lestarikan. Ini bukan panggung untuk hura-hura, tetapi sebagai sarana untuk promosi,” tutupnya.