[vc_row][vc_column][vc_column_text]Suku yang ada di Papua kurang lebih 250 suku, diantaranya meliputi suku-suku yang berada di Kabupaten Jayapura. Hingga saat ini, adat dan budaya masih dilestarikan dari generasi ke generasi, melalui pesta-pesta adat yang masih ditampilkan pada upacara adat tertentu, kepemimpinan atau struktur adat di kampung masih di gunakan hingga sekarang, dan tempat-tempat keramat lainnya berdasarkan budaya dari suku-suku yang terdapat di Kabupaten Jayapura.
Jumlah suku asli yang ada di Kabupaten Jayapura sebanyak 10 suku, dengan sub suku sebanyak 22 sub suku, sementara bahasa yang digunakan selain bahasa Indonesia sebanyak 18 bahasa daerah, namun penggunaan bahasa ini hanya terbatas pada komunitas masing-masing.
Suku Bangsa | Sub Suku | Distrik |
Tabi | Sentani | Sentani Timur, Sentani, Ebungfau, waibu |
Moi | Sentani Barat, Depapre | |
Tepera | Depapre | |
Imbi | Ravenirara | |
Yokari | Yokari | |
Touwarry | Demta | |
Tarpi | Demta | |
Nimboran | Nimboran, Namblong, Nimbokrang, Demta, Gresi Selatan. | |
Kemtuk | Kemtuk, Gresi Selatan | |
Gresi | Kemtuk Gresi, Gresi Selatan | |
Tabu Elseng | Gresi Selatan | |
Orya | Yapsi, Unurum Guay | |
Sause | Kaureh | |
Kaureh | Kaureh | |
Kasu | Kaureh | |
Takana | Kaureh | |
Kapaori, Kosare | Airu |
Sementara itu Suku pendatang yang bermukim di wilayah Kabupaten Jayapura selain Papua luar Kabupaten Jayapura (Wamena, Sorong, Serui, Biak, Paniai, Merauke dan lainnya) yang keseluruhannya sebanyak 15,80%, juga pendatang dari luar Papua seperti Jawa (9,1%), Sulawesi (6,8%), Sumatera (2,9%), Kalimantan (1,3%), Maluku (4,5%), Nusatenggara (1,9%) dan lainnya (5,8%). Keragaman suku yang ada di wilayah Kabupaten Jayapura ini berbaur menjadi satu membentuk komunitas masyarakat Kabupaten Jayapura.
Kebudayaan di Kabupaten Jayapura sangat beragam “unsur-unsurnya” yang dihayati dan diaktualisasi oleh setiap kelompok masyarakat pendukungnya. Adanya peningkatan pemahaman dalam keberagaman karena keterbukaan isolasi fisik, sosial, ekonomi dan derasnya arus informasi. Namun terdapat juga kecenderungan persaingan dalam mengaktualisasikan unsur-unsur kebudayaan lokal yang saling mendominasi, oleh karena itu peran pengembangan unsur-unsur kebudayaan perlu ditata dan dihargai pada ruang dan waktu yang tepat, sesuai dengan kebutuhan nyata komunitas pendukungnya.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_line_chart style=”modern” x_values=”OAP Kab. Jpr; OAP Luar Kab Jpr; Jawa; Sulawesi; Sumatera; Kalimantan; maluku; Nusatenggara; Lainnya” values=”%5B%7B%22title%22%3A%22%25%20Penduduk%22%2C%22y_values%22%3A%2254.8%3B%2015.8%3B%209.1%3B%206.8%3B%201.3%3B%204.5%3B%201.9%3B%205.8%3B%20%22%2C%22color%22%3A%22juicy-pink%22%7D%5D” title=”Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa”][/vc_column][/vc_row]